Pages

Saturday 7 December 2013

Efek rumah kaca dan gas rumah kaca

Efek Rumah Kaca atau Greenhouse Effect merupakan istilah yang pada awalnya berasal dari pengalaman para petani di daerah beriklim sedang yang menanam sayur-sayuran dan biji-bijian di dalam rumah kaca. Pengalaman mereka menunjukkan bahwa pada siang hari pada waktu cuaca cerah, meskipun tanpa alat pemanas suhu di dalam ruangan rumah kaca lebih tinggi dari pada suhu di luarnya, dari sanalah istilah efek rumah kaca dikenal. Sedangkan Gas-gas Rumah Kaca adalah gas-gas yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca diantaranya adalah gas karbon dioksida (CO2), metana (CH4), ozon (O3), dinitrogen oksida (N2O), dan chlorofluorocarbon (CFC).
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Adapun Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba di permukaan Bumi, maka ia akan  berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Setelah itu permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah bergelombang panjang yang dipantulkan ke angkasa luar. Namun sebagiannya lagi tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca yang diantaranya adalah uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Dulu efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini (bumi) akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, maka akan mengakibatkan pemanasan global.
Peningkatan panas dari efek rumah kaca tentu saja tidak terlepas dari peranan jumlah gas rumah kaca yang ada di bumi. Semakin banyak gas rumah kaca maka semakin panas permukaan Bumi ini. Berikut adalah garis besar dari penyumbangan gas CO2 menurut FAO, antara lain:
1)    Emisi karbon dari pembuatan pakan ternak
a.       Penggunaan bahan bakar fosil dalam pembuatan pupuk menyumbang 41 juta ton CO2 setiap tahunnya
b.        Penggunaan bahan bakar fosil di peternakan menyumbang 90 juta ton CO2 per tahunnya ( diesel dan LPG)
c.        Alih fungsi lahan yang digunakan untuk peternakan menyumbang 2,4 milyar ton CO2 per tahunnya, termasuk di sini lahan yang diubah untuk merumput ternak, lahan yang diubah untuk menanam kacang kedelai sebagai makanan ternak, atau pembukaan hutan untuk lahan peternakan
d.       Karbon yang terlepas dari pengolahan tanah pertanian untuk pakan ternak (misal jagung, gandum, atau kacang kedelai) dapat mencapai 28 juta CO2 per tahunnya. Perlu Anda ketahui, setidaknya 80% panen kacang kedelai dan 50% panen jagung di dunia digunakan sebagai makanan ternak.
e.        Karbon yang terlepas dari padang rumput karena terkikis menjadi gurun menyumbang 100 juta ton CO2 per tahunnya
2)    Emisi karbon dari sistem pencernaan hewan
a.       Metana yang dilepaskan dalam proses pencernaan hewan dapat mencapai 86 juta ton per tahunnya.
b.       Metana yang terlepas dari pupuk kotoran hewan dapat mencapai 18 juta ton per tahunnya.
3)    Emisi karbon dari pengolahan dan pengangkutan daging hewan ternak ke konsumen
a.       Emisi CO2 dari pengolahan daging dapat mencapai puluhan juta ton per tahun.
b.       Emisi CO2 dari pengangkutan produk hewan ternak dapat mencapai lebih dari 0,8 juta ton per tahun.
Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, pembangkit tenaga listrik, serta pembabatan hutan.

No comments:

Post a Comment