Herpes Genitali adalah infeksi akut
(STD=sexually transmitted disease), yang disebabkan oleh Virus Herpes Simplex
(terutama HSV=Herpes Simplex Virus type II), ditandai dengan timbulnya vesikula
(vesikel = peninggian kulit berbatas tegas dengan diameter kurang dari 1 cm dan
dapat pecah menimbulkan erosi kayak koreng kecil) pada permukaan mukosa kulit
(mukokutaneus), bergerombol di atas dasar kulit yang berwarna kemerahan.
Saat ini dikenal dua macam herpes
yakni herpes zoster dan herpes simpleks. Kedua herpes ini berasal dari virus
yang berbeda. Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster. Zoster
tumbuh dalam bentuk ruam memanjang pada bagian tubuh kanan atau kiri saja.
Jenis yang kedua adalah herpes simpleks, yang disebabkan oleh herpes simplex virus
(HSV). HSV sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu HSV-1 yang umumnya
menyerang bagian badan dari pinggang ke atas sampai di sekitar mulut (herpes
simpleks labialis), dan HSV-2 yang menyerang bagian pinggang ke bawah. Sebagian
besar herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2, walaupun ada juga yang disebabkan
oleh HSV-1 yang terjadi akibat adanya hubungan kelamin secara orogenital, atau
yang dalam bahasa sehari-hari disebut dengan oral seks, serta penularan melalui
tangan.
Infeksi
Bila seseorang terkena HSV, maka infeksi yang terjadi
dapat berupa episode I infeksi primer (pertama kali terjadi pada dirinya),
episode I non primer, infeksi rekurens (ulangan), asimtomatik atau tidak ada
infeksi sama sekali. Pada episode I infeksi primer, virus dari luar masuk ke
dalam tubuh hospes (penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus
dengan DNA hospes tersebut dan mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga
menimbulkan kelainan pada kulit. Virus akan menjalar melalui serabut saraf
sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten.
Pada episode I non infeksi primer, infeksi sudah lama
berlangsung tetapi belum menimbulkan gejala klinis. Pada keadaan ini tubuh
sudah membentuk antibody sehingga pada waktu terjadinya episode I ini kelainan
yang terjadi tidak seberat episode I dengan infeksi primer.
Sedangkan infeksi rekurens terjadi apabila HSV yang
sudah ada dalam tubuh seseorang aktif kembali dan menggandakan diri. Hal ini
terjadi karena adanya factor pencetus, yaitu berupa trauma (luka), hubbungan
seksual yang berlebihan, demam, gangguan alat pencernaan, stress, kelelahan,
makanan yang merangsang, alkohol serta obat-obatan yang menurunkan kekebalan
tubuh seperti misalnya pada penderita kanker yang mengalami kemoterapi.
Gejala
Herpes genitalis primer memiliki masa inkubasi antara
3 - 7 hari. Gejala yang timbul dapat bersifat berat tetapi bisa juga tidak
tampak, terutama apabila lukanya berada di daerah mulut rahim pada perempuan.
Pada awalnya, gejala ini didahului oleh rasa terbakar beberpa jam sebelumnya
pada daerah dimana akan terjadi luka. Setelah luka timbul, penderita akan
merasakan gejala seperti tidak enak badan, demam, sakit kepala, kelelahan,
serta nyeri otot. Luka yang terjadi berbentuk vesikel atau gelembung-gelembung.
Kemudian kulit tampak kemerahan dan muncullah vesikel yang bergerombol dengan
ukuran sama besar. Vesikel yang berisi cairan ini mudah pecah sehingga
menimbulkan luka yang melebar. Bahkan ada kalanya kelenjar getah bening di
sekitarnya membesar dan terasa nyeri bila diraba.
Pada pria gejala akan tampak lebih jelas karena tumbuh
pada kulit bagian luar kelenjar penis, batang penis, buah zakar, atau daerah
anus. Sebaliknya, pada wanita gejala itu sulit terdeteksi karena letaknya
tersembunyi. Herpes genitalis pada wanita biasanya menyerang bagian labia
majora, labia minora, klitoris, malah acap kali leher rahim (serviks) tanpa
gejala klinis. Gejala itu sering disertai rasa nyeri pada saluran kencing.
Penularan dan Pencegahannya
Baik HSV-1 maupun HSV-2 menular melalui kontak kulit,
ciuman, hubungan seks dan oral seks. Herpes paling mudah ditularkan pada masa
terjadinya luka aktif. Akan tetapi virus juga dapat menyebar selama tidak ada
gejala yang tampak, dan ditularkan dari daerah yang kelihatannya tidak aktif.
Sebagian besar penularan herpes genitalis ini terjadi melalui kontak seksual.
Sulitnya, kadang-kadang penderita tidak sadar bahwa ia sedang kambuh, sehingga
dengan melakukan hubungan seks yang tidak terlindungi, ia menularkan virus ini
ke pasangannya.
Memang akibat infeksi HSV-2 jarang sampai menimbulkan
kematian pada orang dewasa. Namun herpes genitalis perlu penanganan serius,
karena selain belum ada obat atau vaksin yang efektif, perkembangan akibatnya
pun sulit diramalkan. Infeksi primer dini yang segera diobati besar kemungkinan
akan dapat mencegah penyakit ini kambuh, sedangkan infeksi rekuren (ulangan)
hanya dapat dibatasi frekuensi kambuhnya.
Suami atau istri dengan pasangan yang pernah
terinfeksi herpes genitalis perlu melakukan proteksi individual dengan cara
menggunakan dua macam alat perintang, yaitu spermicidal foam (busa pembasmi
sperma) dan kondom. Spermicidal foam mampu mematikan virus, sedangkan kondom
berfungsi untuk menghambat atau mengurangi masuknya virus. Sementara itu si
pengidap harus berusaha menyingkirkan faktor-faktor pencetus seperti yang sudah
diungkapkan di atas.
Yang juga dikhawatirkan adalah penularan ibu yang
mengidap HSV kepada bayi yang dikandung/dilahirkannya. Bila penularan
(transmisi) terjadi pada trimester I kehamilan, hal itu cenderung mengakibatkan
abortus. Sedangkan pada trimester II bisa terjadi kelahiran prematur. Bayi yang
lahir dari ibu yang menderita herpes genitalis dapat menderita kelainan yang
sangat beragam, mulai dari hepatitis, ensefalitis bahkan bisa lahir dalam keadaan
mati.
Selain pencegahan terhadap penularan serta menghindari
faktor pencetus bagi penderita, yang perlu juga diperhatikan adalah kondisi
kejiwaan bagi penderita herpes genitalis ini. Anggapan bahwa herpes adalah
penyakit kotor, tidak dapat disembuhkan, menular dengan mudah, dll, membuat
orang yang terkena herpes akan malu dan takut melakukan pemeriksaan dan
berobat. Padahal apabila pengobatan dilakukan sedini mungkin, maka penyakit ini
lebih bisa dikendalikan.
No comments:
Post a Comment